Selasa, 22 Juli 2014

Ini Budi

Malam itu aku merasa gelisah sekali. Aku di rumah sendirian lagi. Kakakku, mbak mega dan mas Guntur suaminya sedang berlibur ke Bali selama seminggu.Ini baru malam kedua aku sendirian. Tak ada lagi yang hendak kukerjakan. Menonton TV malas.Mau makan, di freezer banyak makanan. Lagipula aku tidak merasa lapar. Mau belajar, sekolah sedang libur panjang.Aku coba menghubungi teman2, tapi mereka semua sedang liburan keluar kota juga.Sebenarnya Mbak Mega dan Mas Guntur mengajakku ikut ke Bali. Tapi aku tak mau mengganggu mereka.Biarlah mereka menikmati masa liburannya berdua saja.
Jam baru menunjukkan jam 7 malam.Belum larut. Mendadak aku ingat kepada Budi. Dia bekerja di rumah mas Guntur sebagai tukang kebun merangkap membersihkan rumah. Kadang2 aku kasihan melihat Budi harus membereskan rumah sebesar ini. Bertingkat pula. Belum lagi ia harus merawat tanaman hias di halaman depan maupun halaman belakang yang luas.Tapi kulihat Budi selalu senang mengerjakan semua itu. Dia tidak tinggal dirumah ini karena rumah orang tuanya dekat.Hanya kira2 15 menit berjalan kaki. Kuambil ponselku dan menekan nomor ponselnya.Budi manjawab panggilanku. Kuminta dia menemaniku tidur dirumah mas Guntur dengan alasan aku takut senirian. Gudi menyanggupi. Bukan main girangnya hatiku. Sudah lama aku membayangkan bermain cinta dengannya.Tapi aku tidak berani memulainya.Budi hanya dua tahun lebih tua dariku. Dia tamat SMU tahun lalu. Mas Guntur berjanji akan membiayai sekolahnya tahun depan di universitas. karena tahun ini sudah terlambat untuk mendaftar.Budi memang baru beberapa bulan bekerja di rumah ini.
Aku segera mempersiapkan diri. Kulepas CD yang kukenakan, sehingga aku telanjang bulat. Setiap kali aku sendirian di rumah, telanjang bulat didalam rumah menjadi kebiasaanku. Aku meras bebas bila yelanjang bulat, meskipun didalam kamarku yang besar aku selalu telanjang bulat. Aku menuju kolam renang dihalaman belakang dan menceburkan diri. Terasa segar dan menyejukkan. Setelah berenang sesaat Kulihat Budi sudah datang. Dia tampak sungkan melihatku berenang sambil telanjang bulat. "Ayo, Bud...buka pakaianmu dan ikut berenang.Airnya nggak terlalu dingin, kok" bujukku. Budi masih tampak malu melihat ketelanjanganku, apalagi dia menyadari ada batas antara tuan dan pembantu. " Ayolah, jangan malu-malu.Kan enggak ada siapa2. Cuma kita berdua" Mohonku.Akhirnya setelah kuminta berkali-kali Budi mulai membuka pakaiannya satu persatu hingga tinggal CD nya. Perhatianku tertuju ke tonjolan diantara kedua pahanya. Tidak terlalu menonjol Yentu saja karena kontolnya sedang tidak tegang. Kubayangkan Kontolnya kalau sedang ngaceng, pasyi besar dan keras. Langsung saja kontolku jadi ngaceng membayangkannya. Untung aku di dalam air sehingga Budi tidak bisa melihatnya. "Saya tidak bisa berenang,mas Bayu. Malu, ahh" kata BUdi sambil berjalan mendekatiku didalam air. Pucuk dicinta ulam tiba. Memang ini yang kuharapkan. "Aku ajarin deh.Gampang kok. Sebentar juga sudah jago". kataku meyakinkan. Kudekati Budi. Kuraba punggunggnya. Mungkin BUdi tak menyadari tanganku agak gemetar. Kuraih pinggangnya yang langsing dan terus meraba perutnya yang tipis membentuk tonjolan keras berbuku-buku. Tak kusangka Budi memiliki tubuh yang menggiurkan.Mungkin dia sering melakukan olah raga dengan taeratur. Aku tak sempat memperhatikannya tadi kare pikiranku susah konsen sejak ia datang. Budi hanya diam ketika seluruh badannuy kuraba-raba dengan penuh napsu. Aku sudah tidak peduli apakah reaksinya Budi akan marah.tapi semakin kugerayangi seluruh tubuhnya Budi tidak bereaksi apa2. Aku semakin berani. Kupeluk tubuhnya dari belakang. Kuciumi tengkuk dan lehernya. Kedengar Budi mengerang nikmat. Kuberanikan tanganku memegang kontolnya dari belakang dengan kedua tanganku. Ternyata Kontol Budi ngaceng. Besar dan keras. Mungkin Budi ngaceng karena merasakan kontolku yang ngaceng menempel erat di pantat montoknya.Aku terkejut mengetahui kengacengannya. Kupikir Budi akan marah dan menolak ketika pertama kali kupeluk dia dari belakang, Dan yang lebih mengejutkan adalah saat kurasakan kedua tangannya meraih kontolku dari kedua arah. "Mas Bayu enggak marah kan kalau aku pegang kontolnya?" Tanyanya polos. "Kenapa harus marah, Bud? Aku malah mengharapkan saat2 seperti ini sejak Budi bekerja disini" jawabku jujur. "Apa benar begitu, mas Bayu? Saya mau bekerja disini karena ada mas Bayu. Sumpah, mas".katanya lagi. "Wah kalau begitu selama ini kita saling memendam pereasaan napsu kita,ya" kataku lagi. Segera kubalikkan badanya sehingga kami saling berhadapan. Tinggi kami hampir sama. Umur dan bentuk tubuh kami pun hampir sama. Hanya wajah dan kulit kami yang agak berbeda. Tubuhku putih sedangkan tubuh Budi agak kecoklatan Tapi justru itu yang membuatnya tampak jantan.Kupeluk tubuhnya erat, lalu kuciumi bibirnya dengan permainan lidah.Budipun membalas ciumanku dengan tidak kalah ganasnya. Tak sangka Budi sudah semahir iru berciuman.Mungkin dia memang sudah sering berciuman? Entahlah. Itu tidak penting.Tangan kami saling meremas2 dan mempermainkan kontol. Aku meremas Kontol Budi dan Budi meremas kontolku.Inilah kenikmatan yang tiada duanya. Berciuman dan berpelukan dengan laki2 yang diinginkan.Aku tarik tubah Budi keluar kolam. Kubaringkan tubuhnya diatas lantai di pinggir kolam.dalam posisi 69 kami saling menjilat dan mengulum kontol.Kami berdua menyemburkan sperma hangat di kedua mulut yang mengisap kontol.Dan kami sama-sama menelan habis sperma itu tanpa sisa sedikitpun. Kutarik tubuhnya ke lantai atas, kekamarku. Kami nberdua merebahkan tubuh telanjang kami di tempat tidur yang empuk. Saling berpelukan, bergulingan dan berciuman. jam didinding menunjuk angka sembilan. Berarti masih panjang waktu kami berdua untuk menikmati malam indah ini berdua.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar