Sejak kejadian yang
menimpa mas Wawan, rumah kontrakannya masih kosong. Mas Wawan masih merasa
trauma dengan meninggal semua orang yang sangat dicintainya. Semoga dia dapat
mengambil pelajaran dari apa yang dialaminya itu.
Malam ini ada pengajian di mesjid dekat rumah. Ketika aku
mengambil air untuk sholat, aku menangkap sepasang mata yang juga sedang
melihat ke arahku. Deg! Jantungku memberi respon. Mataku dapat melihat sosok
cowok ganteng, umurnya mungkin sama denganku. Ya Tuhan! Kenapa diriku ini? Di
tempat ini, di rumahMu, aku pun tidak kuasa menahan gejolak ini! Aku berusaha
tenang dan melangkah masuk ke dalam mesjid. Aku langsung duduk karena nggak
kuat dengan getaran tubuhku. Sungguh aku tidak dapat konsentrasi, dan entah
kenapa aku melihat dia masuk mesjid. Dia melangkah pelan dan duduk di sampingku
sambil menyalamiku. Senyumnya dan sorot matanya membuat jantungku terasa mau
copot karena berdetak sangat kencang. Mataku tak kuasa untuk menahan diri.
Dapat kulihat lengannya yang berbulu dan pahanya yang padat dan besar di balik
sarungnya itu. Aku menghela nafas panjang dengan pelan, tapi aku tak dapat
menenangkan sarafku dengan segera. Darahku terasa menyebar dengan cepat
keseluruh pori-poriku.
Pengajian malam ini tidak semua yang kumengerti. Susah aku untuk
konsentrasi. Beberapa kali aku melihat ke arahnya, aku belum tahu namanya, dan
dia juga melihat ke arahku. Sorot matanya dan gerak bibirnya terasa
mengundangku. Ah ... Kenapa kau goda aku? tanyaku dalam hati. Senggolan paha
kami dan lengan terasa menyebarkan medan listrik yang aku tidak dapat
menggambarkannya. Dan menahannya.
Akhirnya setelah sholat Isya, acara pengajian bubar. Masih saja
mataku mencari sosok itu sambil melangkah ke luar mesjid. Tadi dia keluar lebih
dulu, kemana ya dia ...
"Hei, cari siapa?" Joko sudah ada di sampingku dengan
cowok yang kucari-cari tadi. Malu juga ketahuan begini.
"Sudah kenal sama mas Amran ' kan?" Joko bertanya. Aku
menggeleng dan mencuri pandang ke Amran. Kenapa ada cowok yang begitu membuat
aku 'nafsu' begini? Tampilannya mengingatkan aku dengan Bima, model kenalanku.
Sama kerennya. Jantungku kembali tidak dapat diajak tenang.
Kami pun saling bersalaman sambil melangkah pulang. Dalam
perjalanan kerumah, kami saling ngobrol bertiga. Amran lulusan SMK Pariwisata
dan hampir delapan tahun dia telah bekerja di hotel, di kawasan Thamrin. Amran
menyenangkan dan sangat 'melayani' menurutku.Dan yang membuat aku tidak 'tahan'
adalah kalau bicara suka mendekatkan wajahnya ke telingaku. Senggolan bibirnya
di telingaku membuat darahku seperti muncrat ke ubun-ubunku. Ah ...Sikap
ramahnya mungkin karena pengaruh lingkungan kerjanya di hotel. sudah sampai dan
Amran masih berjalan lagi ke rumahnya yang dekat sekolah.
"Mas Amran keren ya?" puji Joko ketika kami sudah
masuk rumah. Dalam hati aku setuju dengan pendapat Joko. Cuman tak mungkin aku
ungkapkan kesemua orang.
"Hati-hati memuji cowok," kataku. "Biasanya, kalo
kamu memuji cowok itu tandanya kamu orang yang suka sama sesama. Ada
kecendrungan untuk jadi gay. " Kulihat Joko terdiam. Aku juga kaget dengan
omonganku yang rasanya tanpa sadar kuucapkan. Apa yang kuucapkan seperti
disampaikan untuk diriku sendiri juga. Benarkah pendapatku ini ?
Mau tidak mau, hal ini memang harus dibicarakan. Kalo aku selama
ini berusaha untuk menahan diri, sedang Joko, karena ketidaktahuannya, kadang
mengumbarnya. Aku tidak tahu, dia sudah berbuat sejauh apa dengan gejolak nafsu
yang salah itu. Tapi, aku rasa, kami harus saling mengingatkan. Aku yang lebih
tua darinya, mungkin dapat memberitahu dia kalau hubungan sex antar makhluk
sejenis itu tidak dibenarkan sama Tuhan. Itu dosa.
Kami kembali duduk di depan tv. Berita masalah musibah stunami
dan gempa di Aceh dan Sumut masih jadi berita utama.
"Lihat Jok," kataku membuka percakapan." Tidak
semua hal yang bikin kagum dan takjub itu abadi. Kadang itu sebagai cobaan.
Kamu lihat kan, ketika orang-rang kagum dengan surutnya garis pantai mencapai
beberapa kilometer? Kemudian beberapa menit kemudian apa yang terjadi? Ombak
besar belasan meter menelan semuanya."
"Begitu juga dengan sesuatu yang nikmat di dunia ini, tidak
selamanya baik. Kenikmatan yang salah, akan datang hukumannya," kataku
lagi. Mungkin dia pikir aku khotbah lagi nih ...
Kalau ada kecendrungan yang salah pada diri kita, harus disadari
kalo itu salah. Itu adalah perjuangan kita. Kadang-kadang perjuangan adalah
suatu yang kita perlukan dalam hidup kita.Jika Tuhan membiarkan kita hidup
tanpa hambatan perjuangan, itu mungkin justru akan melumpuhkan kita. Kita
mungkin tidak sekuat yang semestinya yang dibutuhkan untuk menopang cita-cita
dan harapan yang kita mintakan.
Kita mungkin tidak akan pernah dapat "Terbang"
Sesungguhnya Tuhan itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kita memohon Kekuatan...Dan
Tuhan memberi kita kesulitan-kesulitan untuk membuat kita tegar. Kita memohon
kebijakan...Dan Tuhan memberi kita berbagai persoalan hidup untuk diselesaikan
agar kita bertambah bijaksana.
Kita memohon kemakmuran...Dan Tuhan memberi kita Otak dan Tenaga
untuk dipergunakan sepenuhnya dalam mencapai kemakmuran. Kita memohon Keteguhan
Hati...Dan Tuhan memberi Bencana dan Bahaya untuk diatasi. Kita memohon
Cinta...Dan Tuhan memberi kita orang-orang bermasalah untuk diselamatkan dan
dicintai. Kita memohon Kemurahan Kebaikan Hati...Dan Tuhan memberi kita
kesempatan-kesempatan yang silih berganti.
Begitulah cara Tuhan membimbing Kita...Apakah jika saya tidak
memperoleh yang saya inginkan, berarti bahwa saya tidak mendapatkan segala yang
saya butuhkan? Kadang Tuhan tidak memberikan yang kita minta, tapi dengan pasti
Tuhan memberikan yang terbaik untuk kita, kebanyakan kita tidak mengerti
mengenal, bahkan tidak mau menerima rencana Tuhan, padahal justru itulah yang
terbaik untuk kita.
"Bukan aku yang ngomong begitu, Jok, " kataku
akhirnya. Malam terasa makin larut. Entah kenapa aku bisa ngomong begitu, yang
sesungguhnya aku mengutip dari internet. " Tapi yang penting,
renungkanlah." Aku seperti mengatakan pada diri sendiri.
Kubiarkan Joko terus nonton tv, sedang aku ke kamar untuk tidur.
Besok aku masih masuk kerja. Menjelang aku terlelap, apa yang kuomongkan di
depan Joko kembali terngiang. Terasa disampaikan lebih jelas oleh seseorang.
Entah siapa.
Tengah malam aku terbangun. Rasa haus membangunkanku. Tapi
ketika bangun, kulihat ruang tamu masih terang, walau dengan lampu pojok. Joko
belum tidur rupanya. Setelah minum dari gelas di dapur, aku melangkah ke ruang
tamu. Segera aku hentikan langkahku. Joko sedang telanjang bulat sambil
masturbasi telentang, bersandarkan bantal lantai. Kontolnya yang ramping itu
mengkilat dan basah. Genggaman tangannnya mengocok batangnya itu dengan tenang.
Elusan pada batang kontolnya seperti mengelus binatang piaraan di pangkuannya.
Joko tidak menyadari apa yang dilakukannya kutonton. Dengan
pelan aku terangsang, dan aku tidak dapat menahan diri untuk tidak melihat apa
yang dilakukannya Joko yang sangat asik dengan kontolnya dan tubuhnya. Sesekali
jarinya menyelusup ke anusnya sedang tangan lainnya mempermainkan puting
susunya yang mengeras. Aku melihat semuanya dengan nafas tertahan karena takut
ketahuan. Tubuh Joko melengkung dan sedikit mengejang. Sekarang dia membalikkan
tubuhnya dan sekarang kontolnya menekan bantal lantai. Pinggulnya naik turun
dengan lembut. Wuh! Aku menonton pertunjukan masturbasi anak abg! Dengus
nafasnya mengiringi setiap kali dia menekan kontolnya ke bantal. Dapat kulihat
kepala kontolnya yang nongol dari samping pinggulnya. Memerah dan mengkilat.
Mestinya aku hentikan. Tapi tidak! Aku masih mau menikmati
semuanya. Aku jadi ingin tahu bagaimana Joko menyelesaikan permainannya.
Sekarang pinggulnya naik dengan posisi menungging bertumpu dengan bahunya.
Dapat kulihat bibir anusnya yang sudah merekah. Tangan kirinya sekarang menyelusuri
bokongnya, dia menyelusupkan jari tengahnya ke belahan pantatnya itu. Sedang
tangan kanannya dengan posisi menungging begitu, dia mengocok kontolnya. Dia
menahan tubuhnya dengan bahunya. Adegan yang yang penuh fantasi. Aku tidak tahu
apa yang dibayangkan Joko dengan masturbasi demikian. Sebenarnya aku sudah
tidak tahan lagi menyaksikan Joko dengan berbagai pose masturbasinya. Tapi
entah setan apa, aku tetap berdiri di balik dinding kamarku menyaksikan
semuanya.
Akhirnya dia menurunkan badannya dan memiringkan tubuhnya. Dia
membasahi telapak tangannya dengan baby oil. Dan masih dalam posisi telapak
tangan yang menahan batang kontolnya, dia menelungkup lagi.. Pinggulnya kembali
naik turun dengan kontolnya masih digenggam dengan kedua telapak tangannya.
Nafasnya makin menggebu. Huh! Dia bertumpu dengan dada dan bahunya. Suara
nafasnya terasa penuh nafsu. Pinggulnya naik turun mengocok telapak tangannya
yang sangat licin. Kadang pinggulnya memutar mencari sensasi rangsangan
kontolnya.
Tubuhnya sudah berkeringat. Beberapa menit kemudian, dia memutar
tubuhnya dan mengangkat kakinya sampai pinggang dan disandarkan di tembok. Apa
lagi yang dilakukannya? Tubuhnya sekarang melengkung dengan pinggang bagian
belakangnya bersandarkan di dinding dan dua tungkai kakinya menggantung bebas
di samping kepalanya. Kulihat kontolnya yang sudah memerah itu persis di atas
wajahnya. Dia seperti pemain sirkus yang dapat melipat tubuh seperti karet.
Ujung kontolnya hampir mencapai mulutnya. Kayaknya dia juga berusaha utuk dapat
mengemut sendiri kontolnya. Tapi tubuhnya sudah tak bisa lebih lengkung lagi.
Dia mengocoknya dengan kencang, sampai akhirnya dia ejakulasi dengan semprotan
sperma di wajahnya, dan sebagian masuk mulutnya yang memang sengaja dia buka.
Wajahnya belepotan cairan putih yang kental itu. Disapunya sperma yang
belepotan dan di kumpulkannya ke dalam mulutnya. Dijilatnya jarinya. Dia
menikmati semua itu. Sampai tubuhnya kembali rebah dan dia telentang lagi.
Dia elus kontolnya yang sudah layu tapi masih belum mengecil.
Aku menarik nafas menenangkan diri. Permainan yang melelahkan, pikirku.
Kurasakan ada cairan bening mengalir dari kontolku. Sudahlah, akhirnya aku
memang tidak dapat menahan diriku.
Aku kembali ke tempat tidur. Dan berusaha agar tidak masturbasi.
Tapi tetap saja, tekanan pinggulku di bantal guling, memuncratkan spermaku.
Kepalaku terasa panas. Kenapa tidak dapat ditahan, Yadi? Terasa celanaku sangat
basah dan hangat oleh cairan spremaku. Aroma sperma yang kental memenuhi
kamarku.
Kembali aku menyesal. Rasa kantukku terasa lenyap. Aku telah
melakukan apa yang Tuhan tidak suka. Apa yang kunasehati selama ini terasa
sia-sia. Apa yang telah dititipkan Tuhan padaku, tidak aku syukuri.
***
Aku sedang sendiri nonton tv, ketika pak Roni datang. 'Temannya'
mas Wawan ini masuk dan ikut duduk dilantai ketika aku persilahkan masuk. Wangi
tubuhnya langsung menyebar ke seluruh ruangan. Walau tidak ada mas Wawan, pak
Roni sering juga ketempatku. Jarang ketemunya sih, karena seringnya sama Joko.
Aku nggak tahu apa yang mereka lakukan. Mereka seperti bapak dan anak saja.
Kalo aku tanya Joko, katanya pak Roni mengajar dia bahasa Inggris.
"Wawan belum pulang ya?" tanyanya.
"Belum tuh," kataku. Kuperhatikan pak Roni yang
mengenakan kemeja polos dan celana jeans ketat. Kulihat jelas tonjolan
kontolnya. Aku menelan liurku. Aku yakin pasti pak Roni melihat arah
pandanganku ...
"Belum makan 'kan?" tanyanya mengagetkanku dari
lamunan jorokku.
Belum sempat aku menjawab, Joko sudah di pintu dan segera gabung
dengan kami. Ekspresinya senang banget.
"Pak Roni mengajak kita makan malam, mau ya mas," kata
Joko di sampingku. Ah rupanya dia sebelum ke tempatku sudah bertemu Joko.
Aku sih mau-mau saja. Kulihat pak Roni dengan sorot matanya
terasa menghipnotisku untuk ikut. Akhirnya kuganti celana pendekku dengan
celana jeans. Joko sendiri mengenakan kaos dan celana tigaperempatnya. Dengan
mobil sedannya pak Roni yang sangat nyaman kamipun meluncur melewati Pancoran,
Kuningan, Thamrin dan terus belok ke jalan Kebon Sirih. Setelah basa-basi
memilih mau makan apa, akhirnya kami putuskan makan nasi goreng kambing. Kami
makan di mobil. Malam masih saja rame... Jakarta memang tidak pernah tidur!
Pak Roni mengatakan kalo dia sering makan di sini. Dia memang
doyan kambing. Katanya dalam seminggu, dia harus makan paling tidak 4 kali
makanan dengan menu daging kambing. Kalo tidak dia merasa sangat pusing. Kami
hampir menyelesaikan makan kami, ketika Pak Roni menawarkan ke apartemennya
setelah makan di daerah Kemayoran. Dia menjanjikan akan memperlihatkan sesuatu.
Entah kenapa kalo didepan pak Roni aku selalu terbayang hal-hal yang porno. Aku
kembali terbayang vcd yang pernah ditonton. Apakah akan terjadi?
Kami sedang menghabiskan air jeruk dengan ngobrol apa saja. Ada
perasaan tidak enak. Entah apa. Setelah membayar, kamipun menutup pintu mobil
dan mulai bergerak. Ah, perut sudah kenyang begini ...Akhirnya, dengan alasan
besok ada rapat dan mesti berangkat pagi, aku katakan kepada pak Roni untuk
pulang lebih dulu saja. Joko merasa keberatan dengan caraku. Aku katakan berkas
bahan untuk rapat ada di rumah. Jadi aku memang harus pulang lebih dulu dan
tidak menginap di tempatnya pak Roni.
Pak Roni meminggirkan mobilnya dan aku turun di depan Stasiun
Gambir. Joko tetap di mobil karena dia besok memang libur. Aku menghentikan
taksi dan naik menuju pulang.
Liburan sekolah Joko dihabiskan bersama pak Roni. Aku tidak tahu
apakah Roni di apartemennya atau keluar kota. Aku tidak ada berita. Yang jelas
sudah seminggu Joko tidak ke rumahku. Siang ataupun malam. Berarti dia masih
bersama pak Roni.
***
Joko datang ketempatku malam Senin. Besok dia sudah masuk
sekolah. Berarti dia seminggu bersama pak Roni. Ada jam tangan di tangannya dan
hp. Penampilannya beda sekali. Dan kulihat wajahnya tidak cerah lagi. Kelihatan
capek.
"Dikasi pak Roni," katanya ketika aku tanya dapat
darimana itu semua. Aku belum lihat dompetnya yang baru itu. Tapi sekilas
kulihat ada kartu kreditnya.
Akhirnya Joko mengaku kalo dia sudah disodomi pak Roni. Dan
pengakuan lainnya kalo dia itu sebenarnya gay. Ah... kenapa ada pengakuan yang
begini ? Selama ini semua dia pendam. Jadi semua dibayar dengan harta benda
ini. Ibarat jerami, Joko yang punya kecendrungan perilaku homoseksual, langsung
' terbakar' dengan hanya sekali sodomi. Begitu mudah orang menjadi gay kalo
begitu. Tidak semua orang yang suka memancing itu nelayan. Masa kejadian sekali
saja, langsung mencap diri gay? Kuberitahu pada Joko untuk sadar diri. Semua
yang dimilikinya adalah awal takjubnya sama kesenangan dunia, akan ada saat
datang 'gelombang' yang menggulung semua kesenangan itu.
Aku sedih juga terhadap apa yang menimpa Joko. Aku tidak mau
kemaksitan ada di depan mataku, sedang aku diam saja. Dorongan seksual yang
salah itu merupakan nafsu yang harus di perangi dan penyakit yang harus
disingkirkan. Engkau telah diciptakan sebagai dokter atas dirimu sendiri.
Engkau juga diberi tahu tentang tanda-tanda kesehatan. Dijelaskan pula kepadamu
tentang penyakit, serta obatnya .
"Semua yang ada itu cobaan, Jok. Kamu sedang dicoba sama
Tuhan. Berkorbanlah sedikit untuk mematuhi perintah agama dan menjauhi
laranganNya. Tidak seharusnya kita menjerumuskan diri dan menyalahkan semua
takdir yang menimpa kita kepada Tuhan." kataku. Aku tahu Joko keberatan
dengan usulku. Dia sudah tahu 'enaknya' dan itu susah sekali menghilangkannya.
Kembali kusampaikan apa yang pernah kubaca. Padahal sesungguhnya
itu hanyalah pengorbanan yang amat kecil dibandingkan dengan apa yang sudah
dibeirkan-Nya kepada kita. Betapa tidak, sebelum kita beribadah atau mempunyai
tabungan pahala, Ia sudah menggerakkan paru2, jantung, alat pencernaan, dll
organ tubuh kita serta menyediakan oksigen, kelucuan yang membuat orang lain
jatuh hati, suhu yang nyaman, perlindungan orang tua, dll? Semua itu
diberikan-Nya tanpa kita harus minta-minta apalagi membayar.
Ketika kita beranjak dewasa, dibukakan-Nya kesadaran kita.
Tanggung jawab diberikan. Kita diberikan kabar gembira jika kita tunduk. Kita
diberikan juga peringatan jika kita ingkar. Namun Ia masih juga memberikan
kasih sayang-Nya berupa petunjuk untuk menjaga diri kita sehingga bisa selamat
dan bahagia dunia-akherat. Itu semua disampaikan para nabi yang lebih cinta
umatnya daripada kesejahteraannya sendiri dengan disampaikannya teguran-teguran
ringan setiap kali kita melakukan kesalahan, dll. Bahkan pintu ampunan pun
dibuka selebar-lebarnya selama belum datang hari kiamat, betapapun besarnya
dosa yang sudah kita lakukan. Namun apakah yang kita lakukan sebagai
balasan-Nya? Kita seringkali justru memberikan alasan bagi-Nya untuk mencabut
nikmat yang selama ini sudah dilimpahkan-Nya.
Kuhela nafasku dalam-dalam.
" Aku memang tidak kuat dengan apa yang ada pada diriku.
Kadang terasa Tuhan tidak adil. Tuhan kejam. Mengapa aku dicipta seperti ini,
padahal ini kan dilaknat Tuhan?" Joko bersuara pelan.
Aku tegaskan bahwa Allah swt tidak pernah menciptakan hamba-Nya
khusus untuk dilaknat. Allah berkuasa memberikan potensi kebaikan dan keburukan
sama besarnya pada setiap manusia. Pada beberapa manusia, diberinya bakat,
yaitu potensi yang sudah lebih berkembang tanpa perlu dilatih sebelumnya. Ada
yang dikaruniai ‘bakat’ pecandu, penjudi, psikopat, dll. Tapi toh Allah tidak
menghendaki agar kita mengembangkan potensi buruk kita menjadi perilaku buruk.
Ia Maha Pengasih sehingga berkehendak agar kita mengembangkan hanya potensi
positif agar menjadi perilaku positif pula. Semua itu bukan untuk kepentingan
Dia, karena Ia tidak butuh apa-apa dari kita. Sebaliknya, kitalah yang butuh
Dia. Dalam upaya kita mengembangkan potensi positif kita dan dalam menjaga agar
kita tidak tercemari. Ia menurunkan kasih sayang-Nya berupa peringatan, tidak
hanya yang tertulis dalam kitab suci namun juga dalam kehidupan sehari-hari.
Rasa bersalah, musibah, perpisahan, penyakit, juga kebahagiaan ketika kita
melakukan sesuatu yang benar menurut aturan-Nya.
Dengan keterbatasan yang ada pada kita kadang kita tidak mampu
melihat kasih sayang-Nya di balik semua perintah dan larangan itu.Untuk
homoseksual sebenarnya sudah menunggu beberapa kerusakan yang sebagiannya sudah
terlihat oleh kita. Namun kenikmatan duniawi dan kesombongan kita atas
kemampuan akal manusiawi mengabaikan jeweran-Nya. Tidak percaya? Kerusakan
anus, infeksi rektal, banyaknya partner seksual, seringnya pergantian pasangan,
munculnya penyakit2 baru yang dulunya tidak ada, sikap permisif terhadap perilaku
seksual di luar nikah (termasuk pedofilia, transvestisme, transgender), itu
semua adalah bukti kerusakan. Kita saja yang sering membuat dalih, “Ah, kalau
itu hukuman Tuhan, kenapa bayi dan ibu rumah tangga juga kena?” Hukuman Tuhan
hanya berlaku bagi mereka yang membuat-Nya murka, sedangkan cobaan Tuhan
berlaku bagi mereka yang dekat pada-Nya agar semakin dekat. Bagi kita yang
belum mengalaminya, itu adalah peringatan, “Hei, Aku benar-benar ada dan
benar-benar serius soal laranganku terhadap perilaku homoseksual!”
Malam sudah sangat larut, ketika hpnya Joko berbunyi. Dia
menerima sms. Pak Roni masuk rumah sakit! Kena stroke. Ya Tuhan, cobaan apa
lagi ini? Pelajaran apa lagi ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar