Sejak
umur 14 tahun kira2 waktu gue masih kelas 2 SMP gue udah mulai tertarik melihat
kontol, terutama kontol orang dewasa yg tentunya ditumbuhi jembut yg lebat.
Saat itu, kebetulan tetangga sebelah rumah gue pindah dan rumahnya kosong. Tapi
tak lama rumah tersebut sudah dikontrak oleh 4 orang laki-laki. Usia mereka gue
taksir sekitar 30-35tahun. Dari penampilan mereka semua oke. Tak perlu gue
kenalin mereka satu persatu, tapi gue tertarik pada salah satu dari mereka.
Namanya Ihsan. Gue biasa panggil Om Ihsan. Dia bekerja sebagai manager
marketing di salah satu perusahaan swasta di kota gue tinggal. Walaupun secara
fisik tubuh Om Ihsan gak atletis, tapi dia memiliki daya tarik sendiri buat
gue. Gak tahu kenapa gue ngerasa nyaman banget dekat Om Ihsan. Sejak Om Ihsan
dan teman-temannya tinggal di sebelah rumah gue, gue jadi punya teman, karena
emang gue gak suka bergaul dengan teman seumuran disekitar rumah gue karena.
Saat itu gue baru berusia 14 tahun, tentunya belum terlintas di pikiran tentang
sesuatu yang macam-macam. Yang ada dibenak gue hanya perasaan seorang anak yang
ingin mendapat perhatian lebih dari seorang Om Ihsan. Saat itu gue juga belum
mengerti apa itu sex, apalagi hubungan sejenis. Gue baru mengenal istilah Gay
dan ngerasa kalau gue Gay sejak gue masuk SMA. Hampir tiap hari gue main
dirumah Om Ihsan, dia begitu baik sama gue sepertinya dia sudah menganggap gue
keponakannya sendiri, bahkan gue juga sering minta tolong Om Ihsan buat
mengerjakan PR gue kalau kebetulan ada PR yang gue gak bisa. Begitu seterusnya,
dari hari ke hari gue makin dekat sama Om Ihsan. Gue ngerasa nyaman banget
dekat Om Ihsan. Gue menganggap dia seperti paman sendiri, bahkan dia juga
sayang ke gue. Suatu sore, kebetulan gue sedang bersantai di loteng belakang
rumah. Gue mendengar suara gemericik air, seperti suara orang mandi. Gue
mengintip dan rupanya Om Ihsan sedang mandi. Kebetulan dari loteng belakang
rumah gue memang bersebelahan dengan kamar mandi di kontrakan Om Ihsan, dan ada
sebuah lubang kecil yang gunakan buat liat isi kamar mandi itu. Gue terus
memperhatikan Om Ihsan yang sedang mandi. Tubuh Om Ihsan kelihatan bagus tanpa
busana dan hanya ditutupi busa-busa sabun. Gue yang melihat itu tak ada reaksi
apapun, karena saat itu emang gue belum sadar kalau gue Gay. Beberapa hari
kemudian gue kembali melihat kejadian yg sama, tapi kali ini ternyata bukan Om
Ihsan tapi Om Doni, salah satu teman Om Ihsan yang juga tinggal disitu. Aku
tidak begitu interest melihatnya. Besoknya gue iseng2 menunggu di loteng lagi,
sapa tau Om Ihsan sedang mandi. Biasanya jam 5 sore Om Ihsan sudah pulang dari
kantor. Sesuai dugaan tak lama kemudian gue liat Om Ihsan yang masuk dengan
tubuh yang hanya dililit handuk biru. Gue menyaksikan Om Ihsan Mandi tanpa ada
rasa apapun. Setelah kejadian tersebut, gak tau kenapa gue jd sering ngintip Om
Ihsan tiap sedang mandi. Gue biasanya ngintip Om Ihsan supaya gue bisa liat
kontolnya yang ditumbuhi jembut yang lebat. Badan Om Ihsan tidak atletis, tapi
cukup berisi dan sedap dipandang. Saat itu gue gak punya pikiran sama sekali
untuk dapat menghisap kontol Om Ihsan atau tidur dengan Om Ihsan. Yang gue rasa
hanya kekaguman, dan gue senang bisa liat kontol dia walaupun gue gak pernah liat
kontol dia pas dalam keadaan ereksi. Saking seringnya gue ngintip Om Ihsan
mandi gue jadi kepikiran gimana jadinya kalau gue bisa megang kontol Om Ihsan.
Semakin lama ternyata gue makin kecanduan dan suka liat kontol Om Ihsan. Gue
gak bisa kalau gak liat kontol Om Ihsan. Suatu waktu ketika weekend, gue
ngerasa bosen dirumah. Gue sendirian, sementara ortu gue pergi dari pagi. Gue
memutuskan ke rumah Om Ihsan. Seperti biasanya tiap gue masuk rumah Om Ihsan,
asal pintu gak dkunci gue langsung nyelonong gitu aja. Kelihatanya sepi. Setahu
gue emang dua teman Om Ihsan sudah 3 hari tugas keluar kota, jadi pasti dirumah
masih ada Om Ihsan dan Om Doni. Gue langsung menuju kamar Om Ihsan, ternyata
gue gak mendapati Om Ihsan. Sampai akhirnya gue mendengar suara ribut dari
kamar Om Doni. Gue mendekat perlahan menuju kamar Om Doni. Ternyata pintu kamar
Om Doni tidak tertutup rapat. Gue pun mendekat dan mengintip untuk mencari tahu
apa yang terjadi di dalam. Begitu gue mengarahkan pandangan dari balik pintu ke
dalam kamar Om Doni, betapa kagetnya gue. Gue menyaksikan Kejadian yang baru
pertama kali gue liat. Ternyata di dalam ada Om Doni dan Om Ihsan yang
dua-duanya dalam keadaan telanjang. Gue gak tau apa yang mesti gue lakuin. Tapi
gue penasaran terhadap apa yang akan mereka kerjakan. Gue menyaksikan Om Ihsan
saat itu sedang tengkurap sementara diatas tubuhnya ada Om Doni dengan
kontolnya yang tertancap di pantat Om Ihsan. Gue ngeliat Om Doni menaik
turunkan tubuhnya sambil sesekali menciumi leher Om Ihsan. Kebetulan saat itu
mereka berdua membelakangi pintu tempat gue berada, jadi gue dengan leluasa
melihat apa yang mereka kerjakan. Beberapa menit berlalu gue masih tetap diam
di pintu melihat aksi mereka. Mereka masih melakukan aksi itu tanpa berubah
posisi. Terdengar suara erangan Om Ihsan, sepertinya kesakitan. Tapi Om Doni
sepertinya tidak peduli dan malah mempercepat gerakan naik turun pantatnya. Tak
lama kemudian, Om Doni menghentikan gerakannya dan mengeluarkan kontolnya dari
pantat Om Ihsan. Om Doni bangun dan membalikkan tubuh Om Ihsan. Sekarang
terlihat jelas kontol Om Ihsan. Gue makin penasaran terhadap apa yang akan
mereka kerjakan lagi. Gue terus termenung di balik pintu melihat aksi mereka
berdua. Sekarang Om Ihsan sudah tidur dalam posisi terlentang. Ternyata Om Doni
kembali menaiki Om Ihsan. Namun sekarang sepertinya Om Doni berusaha
mengepaskan pantatnya agar kontol Om Ihsan dapat masuk ke pantatnya. Gue bisa
liat jelas pantat Om Doni berada tepat diatas kontol Om Ihsan yang berdiri
tegak dengan buah zakar yang menggantung besar ditutupi jembut2 sampai
mendekati lubang pantatnya. Kontol Om Ihsan sepertinya susah untuk masuk ke
pantat Om Doni. Apa karena ukuranya yg besar. Tapi Om Doni terus menurunkan
pantatnya. Tampak tangan Om Ihsan memegangi kedua belah pantat Om Doni, sambil
membantu memperbaiki posisi. Akhirnya pantat Om Edy sudah menutupi seluruh
batang kontol Om Ihsan. Seketika kamar itu menjadi ramai dengan suara-suara dan
desahan serta jeritan kecil dari mulut mereka. Bahkan suara hentakan tubuh merekapun
terdengar oleh gue. Kini Om Doni kemabali menaik turunkan tubuhnya sambil
tangan kirinya meremas-remas kontolnya dan tangan kanannya meraba-raba dada Om
Ihsan. Teriakan-teriakan kecil terus terdengar. Mereka meneruskan aksinyatanpa
sadar kalau gue sudah menyaksikan mereka berdua dari tadi. Gue yang dari tadi
mengintip dari pintu hanya dapat melihat tubuh Om Doni dan Om Ihsan dari
belakang. Gue penasaran melihat ekspesi wajah Om Ihsan. Gue mencoba melebarkan
pintu sedikit sehingga kini agak jelas. Tubuh mereka bercucuran keringat.
Tampak jelas tubuh Om Doni yang mengkilat basah oleh keringat disekujur
tubuhnya, bahkan beberapa menetes ke tubuh Om Ihsan. Gue memperhatikan Om Ihsan
sedang terpejam sepertinya sangat menikmati permainan itu. Tak lama setelah
terdengar teriakan panjang dari Om Ihsan. Gue ngeliat Om Doni segera
mengeluarkan kontol Om Ihsan dari pantatnya. Terlihat pantat Om Doni
mengeluarkan sperma kental yang dimuncratkan Om Ihsan saat kontolnya masih
berada di dalam pantat Om Doni. Sementara kontol Om Ihsan terlihat mengecil dan
masih basah oleh sisa sperma. Om Ihsan terlihat lemas. Sementara Om Doni gue
liat masih asyik jilatin sisa sperma di kontol Om Ihsan. Setelah selesai
membersihkan kontol Om Ihsan, Om Doni terus mengocok kontolnya sendiri sampai
akhirnya spermanya bermuncratan di perut dan dada Om Ihsan. Om Doni tampaknya
sangat puas. Dia lalu meratakan spermanya yang tumpah di dada dan perut Om
Ihsan hingga kini seluruh tubuh Om Ihsan berlumuran spermanya Om Doni. Seketika
itu Om Doni langsung menindih dan memeluk Om Ihsan, mereka berdua berciuman
mesra hingga akhirnya mereka tertidur sambil berpelukan. Setelah Melihat
kejadian itu gue gak sadar kalau celana gue sudah basah. Gue langsung pulang
dan menutup pelan2 pintunya agar mereka berdua tidak terbangun. Setelah
kejadian itu gue terus kepikiran dan terbayang tentang apa yang sebenarnya
mereka lakukan. Sampai akhirnya gue tau sendiri banyak tentang sex, gay, dan
banyak lagi. Kejadian sore itu membuat aku semakin penasaran terhadap Om Ihsan
dan Om Doni. Tapi hari-hari berikutnya gue bersikap biasa saja seperti tak
terjadi apa-apa. Gue masih sering main dirumah Om Ihsan dan mengintip dia dari
loteng. Tak terasa hampir 1 tahun Om Ihsan tinggal di sebelah rumahku. Ternyata
dia memutuskan pindah, karena pekerjaannya yang mengharuskan dia pindah.
Sementara Om Doni dan 2 orang lain masih tinggal disitu. Tapi kadang-kadang gue
masih sering beberapa kali melihat Om Ihsan berkunjung menemui Om Doni, tak
jarang Om Ihsan juga mampir ke rumah gue hanya sekedar membawa oleh-oleh karena
memang keluarga gue juga lumayan dekat dengan dia terutama gue. Sepertinya
walaupun Om Ihsan dan Om Doni sudah tidak tinggal 1 rumah mereka masih sering
berhubungan. Tiap gue ngeliat Om Ihsan datang gue selalu membayangkan apakah
mereka berdua akan melakukan hal yang sama seperti yang gue liat waktu itu.
Sejak kepindahan Om Ihsan gue sekarang jadi sering mengintip Om Doni mandi.
Kalau di bandingkan dengan tubuh Om Ihsan, memang tubuh Om Doni lebih bagus dan
putih, apalagi dadanya juga ditumbuhi bulu-bulu halus yang tidak terlalu lebat.
Tapi bagaimanapun gue lebih suka dengan bentuk tubuh Om Ihsan. Sampai saat ini
Gue tetap merahasiakan hubungan mereka. Dan mereka pun tidak pernah tau kalau
aku pernh melihat kejadian itu. Seandainya mereka tahu apakah gue bisa
bergabung dengan mereka? Sejak itu gue baru tahu ada kehidupan yang tidak biasa
dan itu justru adalah kenikmatan. Gue masih berharap kalau gue bisa memiliki
tubuh Om Ihsan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar